Suatu ketika saya merasakan penat yang teramat pekat.
bukan tersebab mendung bukan pula mati lampu.
kondisi yang___bagiku, waktu itu semua nampak begitu buntu.
gerangan dosa apa yang membuntutiku hingga hidupku seperti ini?
Tetiba aku seperti hilang semangat padahal kondisi sekitar sedang aman dan baik-baik saja.
hanya satu hal yang membuat pikiranku "budrek" mumet, pusing nggak ketulungan.
Finansial.
ini perkara sulit-sulit rumit, gampang-gampang mudah.
apalagi selevel saya yang masih saja merasa "kurang cukup' meski sudah memforsir tenaga, pikiran bahkan masa muda yang seharusnya always ceria.
jatuh tempo bayar kost, Gas habis, Beras Menipis. tengok dompet muka jadi meringis. #aduhayyy!
mau minta tolong tetangga, sodara, orangtua...hello! pulsa limit.
serasa dunia dalam berita mau kiamat.
duduklah sebentar disamping tempat tidur. akhirnya kemudian memutuskan untuk berdoa sebisanya.
sambil lipat-lipat selimut dan baju-baju kering yang belum sempat diseterika.
Clink!
sekelebat ide melayang. saya ingat ada banyak baju dan peralatan sekolah yang sudah tak terpakai tapi masih bagus dan bisa dimanfaatkan.
saya coba kumpulkan baju-baju bekas itu, saya seterika lalu saya masukkan kedalam tas plastik besar. disamping itu selimut bekas yang masih lumayan tebal dan juga tas-tas ransel yang tak terpakai saya kumpulkan juga.
nah, otak saya mulai menyelidik. ddisamping tempat kos saya ada sebuah Panti Asuhan Yatim Piatu Putri.
kebetulan sekali!
akhirnya, pagi itu di Hari Jumat lalu, saya antarkan empat plastik besar berisi "barang berharga" tadi ke Panti.
setelah sempat nyasar ke sebuah warung kelontong, basa-basi dengan tukang Galon akhirnya saya ketemu dengan penunggu Panti.
Seorang anak gadis kutaksir berusia 14 Tahun, membukakan pintu untuk saya.
"Permisi, Dek. Saya mau sedekahkan barang-barang ini. apakah bisa bertemu dengan Ibu?"
saya bingung harus bertemu siapa. jujur saja, saya penghuni baru di lingkungan komplek perumahan ini. tempat kos saya privat banget jadi saya agak sulit bersosialisasi.
Nah, sedetik kemudian si Adek,___belakangan saya tahu namanya Hana__keluar bersama seorang Ibu-Ibu setengah baya memakai daster.
namanya Ibu Yekti, beliau tukang masak di PANTI.
saya serahkan "barang berharga" tadi pada Ibu Yekti dan disambut dengan wajah sumringah plus doa-doa kebaikan dari bibirnya.
saya mengAminkan dalam hati. ingin rasanya memberi lebih, apa daya kemampuan baru sebatas itu. Ya sudahlah.
dari Bu Yekti saya tahu awal mula berdirinya PANTI tersebut yang ternyata merupakan wakaf dari seorang "berduit" dari Jakarta.
satu hal yang membuat saya melongo takjub adalah, dari total 50an lebih anak asuh itu, setengahnya sudah pada lulus kuliah dan bekerja di tempat-tempat strategis.
hari itu dimana saya sedang berbicara dengan Bu Yekti di serambi Panti, seorang anak asuh sedang di Wisuda, dia lulus Cumlaude. Subhanallah!
setelah basa-basi di akhir perbincangan, Saya pamitan dan tak lupa memeluk Hana yang dibalas dengan pelukan yg erat dan mata berkaca-kaca. sebelum pulang, Hana mengangsurkan sebuah Kalender bertuliskan nama Panti Asuhan Tersebut.
saya tersenyum, Ibu Yekti tersenyum, Hana Tersenyum. semua tersenyum. ada lagi yang bergabung namanya Ibu Sonya, beliau pemilik warung kelontong dimana saya nyasar tadi. sambil basa-basi lagi saya beli pulsa di warung Bu Sonya. rencana mau melebihkan untuk infak, yah duit saya pas ternyata. #haha!
#sampai di kost, saya dibuat kaget oleh "seonggok" barang beroda dua, berwarna putih. Sepeda!
seseorang yang berhati mulia mengirimi saya Sepeda, sebab tau selama tinggal dijogja saya banyak ngangkot dan jalan kaki.
malam harinya, sebuah pesan singkat masuk, seorang kawan memberitahu telah mentransfer uang yang dulu ia pinjam padaku.
malam harinya, sebuah pesan singkat masuk, seorang kawan memberitahu telah mentransfer uang yang dulu ia pinjam padaku.
Betapa cepat balasan dari Tuhan.
Alhamdulillah!
0 comments :
Post a Comment