Don't miss

Monday, 8 December 2014

BBM dan BAPAK


By on 12/08/2014 08:19:00 am


Konon di sebuah kampung di Lereng Gunung Lawu. 
Di Sore menjelang Maghrib, duduklah seorang Bapak tua ditemani secangkir Kopi Jahe, Tangan Kanannya memegang kuping Cangkir sementara tangan kirinya memegang Ponsel Jadul.
Sayup-sayup terdengar suarnya yang ringan dan riang menyapa anak gGadisnya di Perantauan.
acara bertanya kabar dilanjutkan dengan basa-basi kanan ke kiri kemudian melebar ke pembicaraan soal anak Sapi milik tetangga belakang rumah yang tidak doyan makan hingga akhirnya
,,,,
 Nduk...
....
krik..kriik..kriik...
.........
kamu itu anak perempuan Bapak yg Sulung.
Hidup di Perantauan itu jangan banyak termangu. kamu musti gesit menangkap peluang. 
Tidak boleh nangisan/cengeng
trus juga tidak boleh kalah sama laki-laki, harus bisa jadi suri teladan untuk adik-adikmu.

Kamu memang anak perempuan, tapi kamu jangan mudah nyerah.
Kamu seorang Istri 
Tapi kamu juga berhak miliki kebebasan,kemandirian. Yg penting jangan ninggal tanggungjawab sbg anak, istri dan ibu di kemudian hari.

setelah salam dan sayang-sayangan lumayan lebay...berakhirlah percakapan singkat yang asik itu.

Ya, kisah diatas adalah tentang "bahasa cinta" antara Orangtua (Bapak) dan Saya (anak)'

Pelajaran yang bisa diambil dari kisah diatas adalah
betapa luarbiasa efek dari sebuah perhatian. meski nampak remeh, sekadar basa-basi nggak penting. justru disanalah terletak kebahagiaan. 
Jarak, waktu, usia, tempat tinggal bukan halangan. 
 DADDY
 & DAUGHTER
bahasa cinta antara orangtua dan anak harus dibiasakan sejak dini. 
sebagai orangtua, bukan hanya memberi perintahdan larangan namun lebih jauh dari itu pendekatan dari hati seperti komunikasi singkat lewat telepon saya yakini mampu mempererat taali kasih antara anak dengan orangtua. tak peduli berapapun usia si anak dan orangtuanya.
anak menjadi tidak takut pada orangtua, dan orangtua tak merasa terbebani dengan batasan-batasan ketika harus berkomunikasi dengan anaknya. 

membiasakan komunikasi dengan "bahasaa kalbu" mampu merobohkan keegoisan dan keakuan yang acapkali mengakrabi kita sebagai anak. 
seringkali karena merasa "sudah dewasa" kita melupakan "kewajiban" bakti kita pada orangtua. walau sekadar berkirim kabar. 
padahal bagi orangtua, kerinduan pada sang buah hati bisa sedikit terobati hanya lewat suaranya. 

"Ibu apa kabar? bapak sudah makan apa belum?" 

itu contoh percakapan singkat.
berapa toh mahalnya pulsa telepon? jika buat nelpon pacar saja rela ngutang demi mendapat pulsa lebih, masa untuk orangtua saja pelit. 

*Nasehat Sore Via Telepon dari Bapak pada Anak Wedoknya.
‪#‎Bebas‬, Bertanggungjawab, Mandiri (BBM)
‪#‎Bapakku‬ Nomor Satu.

Deezna Valeria

I'm An Indonesian Author, Novelist, Memoirist. Live In Jogjakarta

0 comments :