Don't miss

Saturday, 27 December 2014

Belajar Cinta di Mandala Suci Wenara Wana


Lihatlah Mukanya yang memelas
Liur atau Ingus yang berleleran
Dan Mata Manik-manik yang menggemaskan
Gerakan gesitnya membuatmu tersenyum geli serta gemas
Masihkah kau tega menyakitinya.....




Monkey Forest atau Hutan Monyet
Sebuah tempat yang Indah di Ubud Bali
Letaknya kurang lebih hanya berjarak 2 Km dari Homestay saya di Ubud
Tepatnya di Banjar Padang Tegal

Setiap pagi saya bersepeda menuju Monkey Forest
 untuk sekadar menyapa monyet-monyet imut dan lucu itu
 Atau memetiki embun-embun di dalam hutannya yang damai 
Indera Penciuman saya akan begitu bergairah menghirup aroma Tetumbuhan yang melebat.

Mata sayapun mencatat
Tentang kehidupan Monyet-monyet Hutan

Benar.
Para monyet di Monkey Forest dilindungi demi kepentingan pariwisata
Namun, benarkah terlindungi?

Sebab sering saya mendengar dari beberapa NGO atau pusat-pusat Rehabilitasi yang kebanyakan milik Bule itu mengabarkan hal bertolak belakang dari kondisi lapangan.
Seperti pada kasus pemusnahan Monyet serentak dengan alasan Para Monyet keracunan atau akibat terserang suatu penyakit sehingga harus segera dibinasakan supaya tidak menulari yang lain.

Yang membuat saya miris adalah tidak adanya laporan dan kejelasan duduk permasalahannya.
Mendengar jerit mengenaskan monyet-monyet itu begitu menyayat hati.
Belum lagi jika melihat tempat dimana mereka dipelihara
Makan seadanya bahkan sering meminta kasih iba dari para wisatawan

Mungkin kebanyakan dari kita akan tertawa melihat polah mereka yang seringkali mencuri barangg bawaan kita
Baik itu ponsel, botol aqua atau makanan yang kita bawa
Tapi, lihatlah mereka membutuhkan itu

Lemparkan satu pisang maka mereka akan mencari sesuatu lain yang bisa dicuri dari kita.
Mereka jahat?
Tidak.
Mereka tidak jahat
Itulah caranya menarik perhatian kita

Mereka butuh disayangi
Mereka ingin bermain bersama kita
Mereka jenuh hanya menjadi tontonan dan bahan narcis kita
Dekatilah mereka, sayangilah, peluklah

Monyet sahabat manusia
Mereka bukan makhluk hina yang dengan begitu mudah kita hina dan remehkan
Monyet makhluk penurut
Meski cerdik sesungguhnya mereka memiliki intuisi yang sepadan dengan “hati” manusia.
Selamatkan Populasinya demi Masa depan makhluk di semesta Raya.


*Bersambung.....








Thursday, 25 December 2014

Perjalanan Menuju Sunia Loka


Ada yang tersisa dari kehidupan fana
Jejak, langkah dan perbuatan baik
Tidak hilang semua Dharma dan karma
Meski jasad telah hancur menjadi abu
Demikianlah ilmu yang bisa kita “baca” dari sebuah prosesi Ngaben





Mungkin memang beda cara dari satu keyakinan dan keyakinan lain
Tetapi, kesemuanya memiliki inti yang sama
Segala yang hidup akan kembali pada “kehidupan” abadi
Seperti yang tampak mata

Prosesi Ngaben sepertinya “menyakitkan” dan menyiksa jasad
Sebetulnya tidak begitu.
Ngaben bisa berarti upacara member bekal kepada Leluhur untuk perjalanannya ke Sunia Loka.

Dalam prosesi Ngaben terdapat berbagai rangkaian tatacara penatalaksanaannya.
Sebab penanganan mayat tidak sama antara yang meninggal di rumah dan yang meninggal di luar rumah (misal di Rumah Sakit atau akibat kecelakaan dan musibah lainnya)
Semua tata cara penanganan mayat tergantung tradisi setempat dan juga kasta masing-masing.

Dalam Ngaben ada istilah Papegatan dari kata pegat yang berarti putus. Maknanya adalah memutus berbagai hubungan duniawi termasuk hubungan dengan sanak saudara, memutus cinta dari kaum kerabat dan semua yang pernah berhubungan dengannya sewaktu di dunia.
Setelah upacara papegatan maka akan dilanjutkan dengan pakiriminan ke kuburan setempat, jenazah beserta Kajang akan dinaikkan ke atas Bade/Wadah, yaitu menara pengusung jenazah (hal ini tidak mutlak harus ada, dapat diganti dengan keranda biasa yang disebut Pepaga). Dari rumah yang bersangkutan anggota masyarakat akan mengusung semua perlengkapan upacara beserta jenazah diiringi oleh suara Baleganjur (gong khas Bali) yang bertalu-talu dan bersemangat, atau suara angklung yang terkesan sedih.

Di perjalan menuju kuburan jenazah ini akan diarak berputar 3x berlawanan arah jarum jam yang bermakna sebagai simbol mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta ke tempatnya masing-masing. Selain itu perputaran ini juga bermakna:
Berputar 3x di depan rumah mendiang sebagai simbol perpisahan dengan sanak keluarga.
 Berputar 3x di perempatan dan pertigaan desa sebagai simbol perpisahan dengan lingkungan masyarakat.
Berputar 3x di muka kuburan sebagai simbol perpisahan dengan dunia ini.

;;; Saat Dadong Kumpi (Nenek Buyut) saya di Ubud meninggal, saya merekam prosesinya mulai dari Rumah sakit hingga ke pemakaman. Hanya waktu itu Dadong belum sempat di Aben, menunggu beberpa tahun lagi untuk rencananya diikutkan ngaben massal.
Cerita tentang meninggalnya Dadong Kumpi akan saya posting lain waktu.

#VD


Sunday, 21 December 2014

Jajanan Jadoel



Teman-teman penasaran?

Sama..saya juga! Hehe

Eh ngomong-ngomong pada masih inget nggak dengan jajanan ini?

Iyaa!

Konon waktu kecil saya demen banget sama jajanan beginian.



Ada wafer Superman, Mie Krip-krip, cokelat colek, permen yosan, sugus yang kesemuanya murah 
dan ajaibnya enaaak banggeudh!

Hayooo apalagi?

Waktu itu kan ya, masih ada tuh duit Rp.50, Rp.25...hahaha asiik. 

Terus maunya nambah lagi dan lagi dan lagi. Meski ortu ngelarang, teteup aja minta duit buat jajan.

Eaalah, kalo dibilang duit segitu mah murah, jaman sekarang sih iya, kalau waktu itu yaa jelas mahal.

Terus juga ada es lilin  yang tangkai pegangannya luarbiasa panjang, es gabus yang kalo diisepin 

bener-bener kayak makan gabus, adalagi es bobo yang bentuknya lebar dengan rasa yang 

campuraduk, nah ini dia primadona di kampung saya es tong-tong…dimakan pake roti bungkusnya 

kertas koran yang disobekin kecil-kecil. Yahuud.

Waktu tahun 80-90an  para penjual yang ngiderin udah sekreatif itu yaks bikin makanan.

Terus lagi, sambil makan jajanan itu kitanya pede main karet, kecik sawo, kelereng, bongkar pasang, 

terus ngumpulin stiker. Nikmat banget yaks.

Nggak kepikiran games  Xbox, Timezone, Fried chicken, Burger, pizza dan sejenisnya.

Eh jangan salah, jaman dulu kita juga udah kenal burger. Tapi isinya angin alias kopong/kosong.

Bentuknya bulet dijuluki roti semir, kalo pas lagi nasib baik, dalemnya ada kayak selainya tapi kalo 

pas statusnya “anda belum beruntung” biasanya kosong atau minimal ada selainya sedikit di pinggir 

doank. Hahaha

Haree gene jajanan kayak begituan udah nggak ada.

Iseng beberapa hari lalu saya coba survey ke temen-temen di pelosok Pacitan, Banten, Karanganyar, 

dll. Saya mau nanya masih ada yang liat Mie anak mas nggak?

Jawabannya, nggak nemu.

Oke, fine. Memang sudah langka barangkali.

Kalaupun ada, rasa dan aromanya nggak akan sama seperti beberapa tahun lalu.

Itu sudah duluuu sekali.



Makanan Basi



Pernah mendapatkan makanan basi?

Apa yang temans lakukan jika kejadian tersebut terjadi pada temans semua?

Langsung mendamprat si pelaku atau diam-diam tetap memakannya atau pura-pura sudah lupa.

Nah, kejadian ini baru saja menimpa saya kemarin.

Waktu itu di komplek sedang ada arisan ibu-ibu.

Sebagai penghuni komplek yang juga anak kost cantik, saya nggak mau donk dibilang anti social.

Saya ikuti acara tersebut dari awal sampai tengah-tegah. Lumayan sudah banyak kenal sama para ibu-ibu disitu. Hehehe.

Saya pamit pulang duluan karena tetiba hujan turun dengan lebatnya,  inget jemuran nggak ada yang nyelametin.

Secara kan saya dikost sendirian, yang lain pada pulang kerjanya malem.

Saat pamitan ada  seorang ibu yang mengangsurkan sebuah roti lapis ke saya sambil tersenyum beliau membisiki saya,

“ini buat mbak Diana. Dibawa aja,disini sudah banyak makanan... toh siapa juga yang makan disini, nanti kebuang percuma. Mbak Diana kan anak kost ya, kurang  makan. Kasian.”

Oh maygod! Saya sungguh terharu.

Sampai di kost (berhubung memang saya laper) langsung saja saya makan dua lapis kue yummy itu.
Malamnya,ketika saya cari teman untuk mengetik...rencana mau makan sisa roti itu.

Etapi...loh kok...loh kok! Wooot!

Ada jamurnya. Putih-putih banyak sekali dipinggiran dana tengah kue.hiks

Berarti dari tadi saya makan kue basi ?! woaaa

Temans, boleh banget kita mau ngasih sesuatu ke orang, apalagi makanan. Kayaknya gak ada yang nolak deh kalo dikasi makanan.

Cuman, mbokya diselidiki dulu ya apa-apa saja yang mau kita berikan ke orang. 

Bukan apa-apa..


Kan nggak asik kalo niat baik kita justru mendapat balas hujatan, cemoohan, cibiran dll. Gegara apa yang kita berikan sudah nggak valid.

Oke, kita nggak ngerti mungkin saat kita ngasih, sesuatu itu memang masih « baik-baik saja »

Tapi,please. Komunikasikandulu dengan bahasa yang manis dan luwes..

Misal,

“jeng, ini ada kue untukmu. Tapi maaf loh kalo nanti udah nggak enak, soalnya ini saya juga beli ditoko. Kalo udah nggak layak, silakan dibuang atau dikasi ke ikan aja. Saya mohon maaf.”

Sebaiknya kita berhati-hati ya, Temans.



NB:

Si Ibu  enggak salah.
Untuk ibu itu…Matur Nuwun ya,Bu.
Eniwey kuenya enaaaak
Tapi sekarang perut saya mules, bu


Friday, 19 December 2014

RAHAJENG RAHINA GALUNGAN LAN KUNINGAN




For My Great Family in Bali especially in Ubud:

* Meme Swasti (My Beautiful Mum)

* Kadek Ovi      (My lil sister)

* Ketut Dirge    (My amazing Brother)

* Uncle Gede, Aunty Koming (The Funny Entrepreneur)

* My Lovely Star : Galang and Bening

* Mokdek Pur (A strong women who I know. love her until know)

* My Best Dogs : Tab and Amor (hey you are!!)

Kangen dengan semuaaa!

dengan Meme Apuan
Witut yang jago melukis
Luku yang selalu rindu masakanku



I LOVE YOU ALL.......
MUCH LOVE..LOVE..LOVE...


Galungan dan Kuningan tahun lalu aku masih bersama kalian
dan sekarang aku jauh dari kalian
itu sungguh membuatku sedih



MISS YOU ALL

Wednesday, 17 December 2014

Salah Paham



“Kamu punya uang sedikit saja, sudah banyak tingkah. Apalagi kalau punya banyak uang.”
Begitulah sebuah suara yang masuk ke telinga saya pagi ini, tepat pukul 10.25 Wib.
Saya tidak mengerti sebenarnya. Tapi, biarlah. Saya berusaha ambil sisi positif saja. Biarlah. Berusaha maklum. Bisa jadi orang yang baru saja menelfon saya tersebut sedang dalam kondisinya sedang labil.
 Padahal maksud saya waktu itu, hanya ingin bercanda. Sebagaimana ia suka bercanda dengan bahasa-bahasa gaul, kelakaran dan sejenisnya kepada saya.
Beberapa waktu, sempat saya berurai airmata. Setelah itu, ya sudah. Mencoba menelisik gerangan apa yang membuat saya ”terkesan menyakiti”  hati si penelfon.
Memang, tak jarang sebuah komunikasi mengakibatkan sesuatu diluar dugaan.
Apa yang kita bicarakan belum tentu sesuai dengan yang dimaui, diingini atau diharapkan oranglain.
Beda konteks, beda budaya, beda jenis kelamin. Tentu saja akan beda semuanya.
Seringkali maksud kita baik ditanggapinya tidak baik. Malah terjadi salah paham dan akhirnya meletuslah “perang” yang disebabkan oleh emosi tak terkendali.
Komunikasi.
Apapun itu bentuknya, selalu mampu membawa kita pada dua jalan berbeda. Diam atau bicara.
Meski begitu, dua jalan inipun masih juga belum menjadikan kita terlepas dari masalah.
Masalah baru akan muncul dari sikap diam atau bicara. Diam salah, bicara keliru.
Terus maunya apa ?!
Biarkan saja.
Hanya itu ?


Saturday, 13 December 2014

NUTRISI OTAK Yang Murah Meriah-2



Sambungan yang kemarin ini yaks...

Take a Rest
Nah, menginjak usia Sekolah Dasar saya makin Gila Buku. Sampai-sampai penjaga Perpustakaan di Sekolah Saya Jengkel dan gemas dengan perilaku saya yang _maaf_suka Ngutil Buku.
Mbah Latun namanya, sudah Sepuh dan lumayan galak. Beliau Guru kelas Satu sekaligus petinggi Perpustakaan Sekolah. Karena seniornya para dewan Guru, mbah Latun sungguh luar biasa ketat mengawasi makhluk-makhluk imut yang keluar masuk perpustakaan dan meminjam buku.
Syukur pada Tuhan, saya seringkali lolos dari sensor Mbah Latun karena “kepintaran” saya meloloskan diri.

Tapi suatu hari saya kena juga. Waktu itu saya ngutil Buku Tini dan Tono. Buku bagus itu sudah saya incar tiga hari sebelumnya dengan cara menyelipkan buku itu disela buku referensi yang jarang dijamah orang. Ketika lonceng berbunyi, buku Tono dan Tini lolos masuk kedalam ransel saya tapi mata saya sudah tertumbuk lagi ke lain buku.  sebuah buku panjang setebal 1 cm lebih sedikit dengan gambar stupa-stupa indah berjudul Mahabarata. Saya pingiiin sekali ambil itu juga, tapi ransel saya kekecilan. Akhirnya saya cari cara lain dengan mnyembunyikan buku Mahabarata didalam rok merah saya yang mekar.

Saya mulai mengendap-endap dengan cara “mbrangkang” menuju pintu keluar. Saya menyusup kebawah meja biar nggak ketahuan Mbah Latun. Ketika nyaris mencapai pintu keluar saya merassa ada yang menarik Rok saya. Langsung saja saya diem. Nggak nengok, Cuma diem makclep!
                “Diaaaan”...suara Mbah Latun akhirnya sampi ke telinga saya.

Tanpa ekspresi dan hanya masih dalam posisi merangkak menghadap pintu keluar tanpa menengok pun, saya menyahut panggilan Mbah Latun dengan Bahasa jawa halus.
                “Daleeem”

Sekali lagi Mbah Latun Memanggil Nama saya dan saya sekali lagi menjawab dengan jawaban yang sama persis tanpa menoleh.

Lama-kelamaan saking capeknya dengkul ini, saya nyerah juga. Dengan buku Mahabarata masih di dalam Rok yang saya pegangi dengan kedua tangan imut saya. Saya nangis sekenceng-kencengnya.
Setelah Bapak Kepala sekolah datang dan menggendong saya. Saya pun diijinkan membawa buku itu dengan sebelumnya saya ngisi daftar peminjam dulu.

Di kelas Lima kejadian serupa terjadi lagi dan saya telanjur di hapal oleh semua Guru kalau Tukang Ngutil Buku.

Di SMU kemudian Kuliah saya masih terus melanjutkan Kebiasaan  membaca itu. Tapi, episode kutil mengutil sudah sembuh Total. Meski kadang ada juga niat ingin begitu juga. Tapi kan malu udah tua masa ngutil. Kan bisa beli atau pinjam.

Jadilah di masa dewasa saya menjadi pelanggan Perpustakaan baik milik pemerintah maupun non pemerintah.

Dan Alhamdulillah saya kini telah memiliki Perpustakaan Pribadi di Rumah Orangtua saya sasna dengan koleksi Buku lebih dari 1000an judul. Termasuk buku orangtua, adik-adik saya, buku saya sendiri. Semua buku itu dari hasil beli sendiri, dihadiahi orang, menang sayembara dll.

Waktu Itu...Saat Menikah saya pun minta Mahar ke suami saya berupa Buku dan diluluskannya permintaan saya itu dengan Mahar Buku berjumlah 8 Buah dengan harga masing-masing buku diatas 250ribu. #aku nggak malak loh, Pa!

Sewaktu Ngekos, saya pun memiliki Perpustakaan kecil sendiri. Suami saya kurang begitu suka baca jadi saya harus toleran dengan memberinya tempat lebih banyak untuk berekspresi. Kalau saya lebih baik ruangan luas untuk Buku daripada  hanya untuk Tidur.

Terlepas dari semua kisah diatas, hingga detik ini saya paling tidak suka dijuluki “Kutu Buku.”

Entah kenapa.



#VD

NUTRISI OTAK Yang Murah Meriah-1




Teman-teman suka, gemar dan hobby membaca?

Saya suka.

LOve to Read
Konon Sejak masih di dalam Rahim Ibu, beliau seringkali  membacakan bacaan untuk saya. Mulai dari  Majalah Anita Cemerlang, Mimbar Agama Islam, berbagai Koran, Novel-novel jadul, dan Apa saja yang bisa di baca.

Hasilnya, setelah saya lahir ke Dunia efek kebiasaan Ibu itu terjadilah.
Kegemaran saya membaca ibarat tali pusat yang menghubungkan saya dengan Ibu.  Sulit dipisahkan meski ujud buku sudah mengenaskan.

Menurut Ibu, Saya lancar membaca saat usia 3,5 tahun. Lebih dulu bisa ngomong daripada berjalan.
Dan di usia tujuh tahun saya bisa menulis sebuah....katakanlah “novel imut” yang saya beri judul Meong Ireng  dalam bahasaa Indonesia diterjemahkan menjadi Kucing Hitam didalam buku Tulis Halus bergaris lima atau enam itu. Melihat tulisan saya yang cekeran ayam. Maklumlah anak masih seumuran itu, dan tulisan saya sudah tergolong bagus meski belum bisa membedakan Huruf besar dan kecil. Ya, saya menulis dengan huruf besar semua dan menabarak garis batas buku.

Didukung oleh profesi Ibu saya yang seorang Guru Sekolah Dasar, saya tidak pernah kehabisan bahan bacaan. Kadang nama-nama muridnya yang berderet rapi di buku absensi pun saya baca keras-keras.

Dan ketika diajak keluar kota, saya paling cerewet membaca dan mengeja baliho dan papan reklame disepanjang jalan. Hal ini membuat Bapak gemas, yang akhirnya jika mengajak saya pergi pasti selalu dibawain bekal makanan sebanyak mungkin biar mulut saya diam. #padahal tetep cerewet meski mulut penuh makanan.

Saat pulang mengajar, Ibu sering membawakan saya buku atau majalah dari Perpustakaan Sekolahnya.
Ada kisah-kisah Nabi, legenda rakyat, trus cerita-cerita klasik seperti seri Enyd Bliton dkk. Saya type pembaca yang mudah bosen. Jadi dibawakan sepuluh majalah kisah nabi, hari itu juga saya selesaikan baca istilah jawanya “Ngedur” supaya besok Pagi majalah itu dikembalikan Ibu dan saya akan dipinjamkan buku lain lagi.

Diluar itu, saya juga memiliki seorang Budhe yang berprofesi sebagai Pembuat Roti yang memiliki tujuh orang anak lelaki. Saya sangat akrab dan dekat dengan sepupu-sepupu saya itu.  ada salah dua diantaranya gemar mengkoleksi majalah Bobo. Tapi kurang terawat. Majalah yang edisi lama dan nggak dibaca kadang dipakai untuk bungkus Roti, atau alas Nampan.
Seminggu dua minggu saya dolan ke Rumah Budhe untuk mengembalikan wadah kue atau Budhe yang kerumah mengantarkan kue untuk Ibu.  Melihat saya yang selalu asik baca dengan suara lantang budhe langsung jatuh hati. Sambil mengelus kepala saya, budhe bilang akan membawakan majalah Bobo nanti.

Selang beberapa minggu Budhe menepati janjinya.
 Saking Murah Hatinya Budhe, beliau merelakan koleksi anaknya diwariskan pada Saya. Soalnya, kakak sepupu saya (namanya Andik) itu kalau habis baca majalah Bobo trus disobekin dibuat kapal-kapalan atau disobek-sobek dijadikan mainan cowok entahlah begitu.
Nah, melihat saya yang doyan baca, budhe saya berinisiatif meloby mas Andik agar merelakan majalah yang sudah selesai dibaca untuk dibaca saya. Awalnya niat mas andik minjemin, tapi karena saya “pinter” ngeles yang berujung pada rasa malas dan nggak rela majalah diambil lagi sama yang punya akhirnya kakak sepupu saya itu hilang ingatan..eh maksudnya Lupa.
Melihat reaksi saya yang agak ngotot dan cenderung memaksa untuk memiliki majalah yang bukan hak saya, budhe yang berlangganan Nova mendaftarkan saya untuk langganan Putera Harapan dengan maksud, nanti bisa di barter dengan Bobo Miliknya Mas Andik. #hahaha

Pada akhirnya, baik Bobo maupun Putera Harapan di tambah Mentari yang dibelikan Bapak semua menjadi hak milik saya yang Sah. Mas Andik sudah naik kelas dan dia sudah bosan dengan Bobonya.
 
The Book is My Soul
Dilimpahi Majalah bertumpuk-tumpuk itu meski sudah kadaluarsa tanggal terbitnya tak membuat saya mati bosan. Saya justru tertarik mengggunting gambar-gambar bagus untuk saya buat kliping. Waktu itu saya belum ngerti hasil gunting menggunting ini namanya kliping. Tapi aktifitas itu nggak bertahan lama sebab Bapak berinisiatif lain.
Majalah BoBo, Putera Harapan dan Mentari di kumpulkan di sesuaikan tanggal terbit kemudian di Bendel Bapak pakai Staples dan Lakban Hitam.

Sampai sekarang Bendelan majalah-majalah itu masih di simpan rapi oleh Ibu dirumah.
Semoga masih awet hingga anak-anakku kelak lahir ke Dunia ini. Ilmu akan terus bersambut dan saling Paut. Semoga.

 bersambung....
















Friday, 12 December 2014

MENGHADAPI PROBLEMA DALAM RUMAH TANGGA


I LOVE YOU



Hujan deras mengguyur Kota Tercintaku, Jogja Berhati nyaman sejak kemarin.
Sebuah telepon masuk ke Ponsel saya usai subuh

“Doakan aku kuat,Mbak. aku ini sudah berumah tangga 34 tahun lamanya. Tiga anakku dua diantaranya sudah menikah. tapi aku belum memiliki cucu dari kedua anakku itu. Ya tidak apa-apa ya, mbak. Mungkin Gusti Alloh memang belum ngasih.”

Dalam diam aku mengangguk.

“Mbak Diana...” lanjutnya kemudian.
“suamiku kenapa belum juga sadar,ya? Berbagai cara kulakukan. Aku itu sudah mengalah ini itu. Sudah kupatuhi dia, tetap saja dia tak peduli padaku. Sodara dan teman-temannya tetap yang jadi prioritasnya. Sebagai istri, aku ini kurang sabar gimana, mbak?”

Mendengar itu, saya jadi “Horor” sendiri. Tapi, sungguh dalam hati saya teriris-iris.

Huwaa ini aku bener-bener mbrebes mili loh ya, bukan lagi teriak histeris menang tiket nonton konser. #hiks.

Barusan itu adalah seorang Ibu-Ibu yang sudah berumah tangga selama 34 Tahun.
Beliau curhat tentang perilaku suaminya yang tak pedulian dan selalu masa bodoh terhadapnya yang selama ini sakit. beliau sudah menopouse, dulunya kerja di Bank tapi udah pensiun gitu katanya. Akhir-akhir ini beliau sering mengeluhkan asam lambung naik dan asam urat. suaminya gak peduli saat beliau sakit (bahkan saat tidak sakitpun).
Suaminya memiliki karakter yang luar biasa egois. Intinya, kalo dinasehati marah, nggak dinasehati memendam amarah. Si Ibu telah menempuh banyak cara untuk membawa suaminya ke jalan yang benar.  
tapi si suami tak kunjung berubah. Semakin tua semakin menjadi. Padahal para Bapak seusianya sudah pada tobat dan menunjukkan kewibawaannya sebagai seorang yang memang “sepuh”.
#ealaah Gusti Alloh!

          Mmm...

Panggil saja Namanya Bu Tatik.
Seorang wanita setengah baya yang kali pertama saya jumpai waktu Arisan Ibu-Ibu Pkk di komplek perumahan di mana salah satu dari deretan rumah itu tempat saya ngeKost.
Si Bapak alias suaminya adalah seorang pegawai Bank di sebuah BANK Pemerintah yang lumayan tersohoor di negeri ini.
Meski ibu-ibu setengah baya, penampilan____saya panggil beliau Jeng Tik____ini seperti ABeGeh. Ayu, modis, kulit mulus, penampilan bak konglomerat. Masih muda aja gitu kesannya.

Setelah mengatur denyut jantung yang lumayan loncat-loncat,
Kujawablah telpon yang membabi buta di pagi itu dengan sesopan mungkin.

          “Wealah Jeng..saya ini siapa lhoo kok panjenengan curhat ke saya. Gak salah orang toh ini?!”

Ucapku dengan sedikit kemayu biar kondisi gak tegang,guys.
Daan langsung dijawabnya dengan megap-megap.
          “aku tuh mbak, dari awal ketemu mbak Diana di arisan pertama beberapa minggu lalu, aku langsung merasa cocok. Aku lebih sreg  gitu ngobrol ke mbak , lebih adem gitu daripada ke Bu Ro-----(*Sensor)/seseorang yang lebih sepuh di Arisan Ibu-Ibu Pkk itu.”

#waduh ya! Kok pembandingnya Ibu itu sih. Jelas saya kalah level tho ya.ya. wah Jeng Tik ini salah makan opo,je.

Temans,
Sungguh kehidupan berumah tangga adalah kehidupan yang luarbiasa “Indah” dengan pernak-pernik yang juga “menakjubkan”.
Hal yang dialami Jeng Tik diatas dulu di awal menikah sayapun mengalaminya. Yang setelah ditelusuri masalahnya ada pada tata cara “berkomunikasi” antara suami istri.
Banyak buku, banyak guru menyinggung dan membahas persoalan ini. Komunikasi pasangan suami-istri, orangtua dan anak, menantu dengan mertua dll.

Disini bukan kapasitas saya untuk menguliti hal-hal seperti itu.
Hanya, saya ingin menorehkan sedikit pengalaman yang mungkin bisa dijadikan “pelajaran” bagi pasangan muda seperti saya.
Ketika dulu, suami saya mulai terlihat karakter tidak baiknya, saya akan dekati dia pelan-pelan saya ajak diskusi, meskipun ya masuk telinga kanan keluar telinga kiri. 
Saya berusaha ajak bicara baik-baik, sesopan dan sehalus mungkin, meski ujung-ujungnya di dengerin dengan tidur atau pura-pura tidur. Andai dia tahu...#duh, sakitnya tuh disini,Papa!
Yah, tapi biarlah.
 Kadang saya asal menyanyi lagu yang gak tau judulnya sambil bergaya dengan mimic muka perpaduan antara kucing marah, macan lapar, dan tikus kecemplung got  demi membuat suami saya ngakak, meski hasilnya nihil. #sabaarr..sabbaarr

Oke, Fixed Bye!
Awww bukaaan!

Enggak segitunya kali. Saya tetep keukeuh berada di zona “pemenang” hehe.
Saya coba sabar-sabarin diri, tabah-tabahin hati demi menjaga mulut saya tetep dalam intonasi yang lemah gemulai memberi penjelasan dan mengajak diskusi suami.
Meski, yah disambut dengan satu kata “ya” terus ditinggal pergi.

Oke, fine! Fine,pa!

rada tegang juga kayak mau genjatan senjata. saya kejar dia, keburu lari ke warung depan rumah. pelan-pelan saya rangkul bahunya.

"Sekarang yuk duduk lagi. Berbincang yang enak."
(gaya seluwes mungkin kayak momong balita)

Saya akhirnya membuka dengan sedikit dongeng.
Saya memosisikan diri sebagai dia dengan tiga level, di bagian lain saya memosisikan diri sebagai diri saya sendiri dan dengan tiga level juga.


Tiga level apakah itu?
Tiga level pertama adalah saya berperan sebagai dia: seorang lelaki, seorang suami yang juga seorang makhluk ciptaan Tuhan paling logis. (kaitannya dengan logika)
Tiga level Kedua adalah saya sebagai Diri sendiri: seorang wanita, seorang Istri yang juga seorang makhluk Tuhan paling seksi. (kaitannya dengan Perasaan)
Saya ajak suami saya “menyelam” kedalam dua karakter tersebut dengan dihadapkan pada realita kehidupan di luaran.
Beberapa hari sebelumnya, suami saya pernah bercerita (*ini sih kalo bisa dianggap cerita,soalnya irit bingit deh dia ngomong)

Nah, saya akhirnya mengambil setting itu dalam permainan peran dengan suami saya.
Saya ajak suami membandingkan kehidupan rumah tangga kami dengan rumah tangga si kawan. (dalam maksud ujian yang menimpa kami)

waktu itu saya ngomong begini
“Sebagai suami/lelaki/makhluk Tuhan paling Logis, saya akan bersyukur memiliki istri sesalehah dan gak banyak menuntut. Istri oranglain itu marah-marah dan sulit diatur suaminya, tapi istriku dengan rela hati justru mengalah dan minta diatur. Istriku justru minta ijinku untuk bisa bekerja dari rumah, ketika banyak para istri yang berlomba-lomba “memusuhi” suami demi mendapat ijin bisa kerja keluar rumah. Mulai detik ini, aku bertaubat, memohon ampun pada Tuhan, Orangtua, mertua dan istriku. Bahwa selama ini aku sudah salah jalan. aku terlalu di dominasi egoisme seorang lelaki. yang ternyata itu sudah harus dikurangi setelah menikah. aku masih butuh bimbingan mereka semua. Aku masih butuh kasih sayang mereka dan menyayangi mereka. Aku tidak mau keluargaku karut marut seperti keluarga kawanku itu.”

“Sebagai Istri/Wanita/makhluk Tuhan paling seksi. Aku tetap bersyukur, diberi suami yang seperti ini, pendiam, cuek, pendendam, suka salah paham (hiks). meski dia memiliki banyak kekurangan tapi dia baik hati, tulus hati, “ringan tangan/suka membantu” pekerjaan intern istri. Andai suamiku bukan dia, belum tentu aku diperhatikan dan dilimpahi kasih sayang seperti ini. Mulai saat ini aku bertaubat pada Tuhan dan memohon maaf pada suami, orangtua dan mertua dan memperbaiki kembali kepribadianku agar suamiku tidak dilaknat Tuhan karena keegoisanku. Semoga keluarga kami sakinnah hingga ke akherat.Amiin.”

*** hasilnya, suami saya meneteskan airmata dan memeluk saya. Meski tak satupun kata terucap. #Alhamdulillah

Intinya Komunikasi, perbaiki kesabaran, latihan dan latihan dan terus belajar.
Sebab membentuk dan mengubah karakter itu tidak segampang membalik telapak tangan. Berproses. Butuh waktu lama dan gak selalu mudah.

Trus, maksud loh mau instan?! Mau enaknya aja?!

langsung Tobat trus mak bedunduk glundung-glundung BERUBAH,getoh?!
 Yo mustahil!




tetap sakinah ya semua!


 #VD

Tuesday, 9 December 2014

Kebaikan Bersambut Kebaikan


Suatu ketika saya merasakan penat yang teramat pekat. 
bukan tersebab mendung bukan pula mati lampu.
kondisi yang___bagiku, waktu itu semua nampak begitu buntu.

gerangan dosa apa yang membuntutiku hingga hidupku seperti ini?

Tetiba aku seperti hilang semangat padahal kondisi sekitar sedang aman dan baik-baik saja. 
hanya satu hal yang membuat pikiranku "budrek" mumet, pusing nggak ketulungan. 

Finansial.

ini perkara sulit-sulit rumit, gampang-gampang mudah.
apalagi selevel saya yang masih saja merasa "kurang cukup' meski sudah memforsir tenaga, pikiran bahkan masa muda yang seharusnya always ceria.

jatuh tempo bayar kost, Gas habis, Beras Menipis. tengok dompet muka jadi meringis. #aduhayyy!

mau minta tolong tetangga, sodara, orangtua...hello! pulsa limit.

serasa dunia dalam berita mau kiamat.

duduklah sebentar disamping tempat tidur. akhirnya kemudian memutuskan untuk berdoa sebisanya. 
sambil lipat-lipat selimut dan baju-baju kering yang belum sempat diseterika. 

Clink!

sekelebat ide melayang. saya ingat ada banyak baju dan peralatan sekolah yang sudah tak terpakai tapi masih bagus dan bisa dimanfaatkan. 

saya coba kumpulkan baju-baju bekas itu, saya seterika lalu saya masukkan kedalam tas plastik besar. disamping itu selimut bekas yang masih lumayan tebal dan juga tas-tas ransel yang tak terpakai saya kumpulkan juga.

nah, otak saya mulai menyelidik. ddisamping tempat kos saya ada sebuah Panti Asuhan Yatim Piatu Putri.
kebetulan sekali!

akhirnya, pagi itu di Hari Jumat lalu, saya antarkan empat plastik besar berisi "barang berharga" tadi ke Panti.

setelah sempat nyasar ke sebuah warung kelontong, basa-basi dengan tukang Galon akhirnya saya ketemu dengan penunggu Panti.

Seorang anak gadis kutaksir berusia 14 Tahun, membukakan pintu untuk saya. 
"Permisi, Dek. Saya mau sedekahkan barang-barang ini. apakah bisa bertemu dengan Ibu?"
saya bingung harus bertemu siapa. jujur saja, saya penghuni baru di lingkungan komplek perumahan ini. tempat kos saya privat banget jadi saya agak sulit bersosialisasi.

Nah, sedetik kemudian si Adek,___belakangan saya tahu namanya Hana__keluar bersama seorang Ibu-Ibu setengah baya memakai daster.

namanya Ibu Yekti, beliau tukang masak di PANTI.  

saya serahkan "barang berharga" tadi pada Ibu Yekti dan disambut dengan wajah sumringah plus doa-doa kebaikan dari bibirnya. 
saya mengAminkan dalam hati. ingin rasanya memberi lebih, apa daya kemampuan baru sebatas itu. Ya sudahlah. 

dari Bu Yekti saya tahu awal mula berdirinya PANTI tersebut yang ternyata merupakan wakaf dari seorang "berduit" dari Jakarta. 
satu hal yang membuat saya melongo takjub adalah, dari total 50an lebih anak asuh itu, setengahnya sudah pada lulus kuliah dan bekerja di tempat-tempat strategis. 

hari itu dimana saya sedang berbicara dengan Bu Yekti di serambi Panti, seorang anak asuh sedang di Wisuda, dia lulus Cumlaude. Subhanallah!


setelah basa-basi di akhir perbincangan, Saya pamitan dan tak lupa memeluk Hana yang dibalas dengan pelukan yg erat dan mata berkaca-kaca. sebelum pulang, Hana mengangsurkan sebuah Kalender bertuliskan nama Panti Asuhan Tersebut. 

saya tersenyum, Ibu Yekti tersenyum, Hana  Tersenyum. semua tersenyum. ada lagi yang bergabung namanya Ibu Sonya, beliau pemilik warung kelontong dimana saya nyasar tadi. sambil basa-basi lagi saya beli pulsa di warung Bu Sonya. rencana mau melebihkan untuk infak, yah duit saya pas ternyata. #haha!

#sampai di kost, saya dibuat kaget oleh "seonggok" barang beroda dua, berwarna putih. Sepeda!
seseorang yang berhati mulia mengirimi saya Sepeda, sebab tau selama tinggal dijogja saya banyak ngangkot dan jalan kaki.
malam harinya, sebuah pesan singkat masuk, seorang kawan memberitahu telah mentransfer uang yang dulu ia pinjam padaku.
Betapa cepat balasan dari Tuhan. 
Alhamdulillah!


Narcis for New Promo


The Cute Pussy

Halo, Good Morning, Everyone. happy wonderful days yah. 
Nah, si Bolu kembali ngeksis nih. bagi yang belum tau Bolu ini siapa, apa dan bagaimana. 
bisa simak di tulisan saya sebelumnya.

akhir-akhir ini dia jarang dateng ke kost saya.
awalnya saya kira dia sudah bosan #eh setelah dirunut 
ternyata gegara di kost saya sekarang ada penghuni baru yang bawa kucing.
nggak tanggung-tanggung,guys. dia bawa dua ekor satu Persia satu lagi lokal blasteran
plus kandangnya yang kebangetan banget gedhenya

kembali ke Bolu.
mungkin si Bolu udah feeling kali,yaks?
meski mereka nggak pernah main bareng tapi melihat dari suara geram-geramnya sih, kayaknya si Bolu jelous.
bukan apa-apa, secara pelataran kost ini kan dulunya daerah jajahan dia. nah semenjak ada "new commer" dua itu, si Bolu pasti senewen.
contohnya gini:
biasanya dia kalau malem kan suka tuh ya ngendap-ngendap ke dapur umum kost buat nyolong makanan apa aja milik anak kost.
nah, sekarang dia rada keki kalau maunyolong, khawatir kalau-kalau si "tamu baru" itu bakalan demo meang-meong yang otomatis bakal membangunkan si empunya kamar.
nggak asik kan yaks kalau selama ini operasi per-nyolongan Bolu aman-aman saja trus sekarang harus gatot alias gagal total.
udah ketauan, di usir pula. kemana coba mau disembunyikan si muka Bolu.
nggak jadi keren, donk !

ibarat kata bisa ngomong lebay seperti umumnya kita,
saya yakin Bolu akan teriak.....

.......ihh Sakitnya tuh disinih!......

# VD

Monday, 8 December 2014

BBM dan BAPAK



Konon di sebuah kampung di Lereng Gunung Lawu. 
Di Sore menjelang Maghrib, duduklah seorang Bapak tua ditemani secangkir Kopi Jahe, Tangan Kanannya memegang kuping Cangkir sementara tangan kirinya memegang Ponsel Jadul.
Sayup-sayup terdengar suarnya yang ringan dan riang menyapa anak gGadisnya di Perantauan.
acara bertanya kabar dilanjutkan dengan basa-basi kanan ke kiri kemudian melebar ke pembicaraan soal anak Sapi milik tetangga belakang rumah yang tidak doyan makan hingga akhirnya
,,,,
 Nduk...
....
krik..kriik..kriik...
.........
kamu itu anak perempuan Bapak yg Sulung.
Hidup di Perantauan itu jangan banyak termangu. kamu musti gesit menangkap peluang. 
Tidak boleh nangisan/cengeng
trus juga tidak boleh kalah sama laki-laki, harus bisa jadi suri teladan untuk adik-adikmu.

Kamu memang anak perempuan, tapi kamu jangan mudah nyerah.
Kamu seorang Istri 
Tapi kamu juga berhak miliki kebebasan,kemandirian. Yg penting jangan ninggal tanggungjawab sbg anak, istri dan ibu di kemudian hari.

setelah salam dan sayang-sayangan lumayan lebay...berakhirlah percakapan singkat yang asik itu.

Ya, kisah diatas adalah tentang "bahasa cinta" antara Orangtua (Bapak) dan Saya (anak)'

Pelajaran yang bisa diambil dari kisah diatas adalah
betapa luarbiasa efek dari sebuah perhatian. meski nampak remeh, sekadar basa-basi nggak penting. justru disanalah terletak kebahagiaan. 
Jarak, waktu, usia, tempat tinggal bukan halangan. 
 DADDY
 & DAUGHTER
bahasa cinta antara orangtua dan anak harus dibiasakan sejak dini. 
sebagai orangtua, bukan hanya memberi perintahdan larangan namun lebih jauh dari itu pendekatan dari hati seperti komunikasi singkat lewat telepon saya yakini mampu mempererat taali kasih antara anak dengan orangtua. tak peduli berapapun usia si anak dan orangtuanya.
anak menjadi tidak takut pada orangtua, dan orangtua tak merasa terbebani dengan batasan-batasan ketika harus berkomunikasi dengan anaknya. 

membiasakan komunikasi dengan "bahasaa kalbu" mampu merobohkan keegoisan dan keakuan yang acapkali mengakrabi kita sebagai anak. 
seringkali karena merasa "sudah dewasa" kita melupakan "kewajiban" bakti kita pada orangtua. walau sekadar berkirim kabar. 
padahal bagi orangtua, kerinduan pada sang buah hati bisa sedikit terobati hanya lewat suaranya. 

"Ibu apa kabar? bapak sudah makan apa belum?" 

itu contoh percakapan singkat.
berapa toh mahalnya pulsa telepon? jika buat nelpon pacar saja rela ngutang demi mendapat pulsa lebih, masa untuk orangtua saja pelit. 

*Nasehat Sore Via Telepon dari Bapak pada Anak Wedoknya.
‪#‎Bebas‬, Bertanggungjawab, Mandiri (BBM)
‪#‎Bapakku‬ Nomor Satu.